Selasa, 18 September 2012

SEKILAS TENTANG GULA PASIR LOKAL
Pabrik gula di Indonesia sudah ada sejak jaman penjajahan belanda, dan masih banyak yang beroperasi hingga saat ini. Pabrik gula yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara dan PT Rajawali Grup serta beberapa perusahaan swasta di Indonesia hingga saat ini baru bisa memenuhi kebutuhan konsumsi gula penduduk Indonesia sekitar 60% dan kekurangannya masih dipenuhi dengan gula impor.
Dengan adanya gula impor ini sering kali menggangu stabilitas harga yang berdampak kepada menurunnya  pendapatan petani tebu. Dengan adanya berbagai perubahan termasuk perubahan tataniaga gula dan pelepasan gula dari Bulog ke pasar bebas maka rumusan harga gula yang semula sebesar 2,4 x harga gabah kering giling menjadi tidak sesuai lagi.
Kondisi harga gula saat ini telah berfluktuasi akibat pasokan gula impor yang terkadang kurang terkendali, sehingga ada kalanya harga gula di bawah harga beras perkilogramnya. Kondisi demikian ini akan membingungkan petani, jika tetap bertahan pada komoditas tebu tentu ada kekawatiran kerugian usaha dan jika beralih kepada padi setali tiga uang nanti juga akan mengalami penurunan harga beras karena adanya volume panen yang besar saat panen raya.
Harga eceeran gula pasir lokal pada bulan Januari 2012 berkisar Rp 12.000,- terus mengalami kenaikan hingga rata-rata Rp 13.000,- pada bulan Juli dan menurun sekitar Rp 11.100,- di bulan Agustus 2012. Namun tidak demikian harga gula di tingkat produsen (PG dan Petani) yaitu pada lelang pada bulan Mei adalah Rp 11.400,- dan terus menalami penurunan hingga pada bulan Agustus adalah berkisar Rp 9.800,-.
Diperkirakan harga lelang ini masih akan mengalami penurunan yang diakibatkan adanya pasokan gula kristal putih impor. Hal ini jelas akan berdampak kepada aktivitas bisnis produsen dan petani tebu yang menurut Asosiasi Petani Tebu Rakyat bahwa harga yang terjadi pada saat ini tidak menguntungkan bagi petani tebu maupun pabrik gula.
Oleh karena itu produsen gula lebih memilih menjual gulanya dalam volume yang lebih kecil karena jika melepas gula dalam jumlah besar maka harga akan semakin merosot dengan demikian akan menurunkan pendapatan produsen untuk biaya operasionalnya.
Harga gula yang rendah di satu sisi baik untuk konsumen karena meringankan beban finansial mereka, akan tetapi di sisi lain produsen tidak mendapatkan keuntungan untuk mempertahankan usahanya karena tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah. Oleh karena itu harga gula pasir murah maupun harga mahal bagi pemerintah merupakan kondisi yang harus disikapi dengan bijak agar konsumen tidak terlalu terbebani dengan mahalnya harga gula dan produsen juga dapat meraih keuntungan yang wajar untuk kesinambungan usahanya. Semoga segera terjadi equilibrium market dalam waktu dekat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar